16 April 2009

Ke Belanda Mau Kuliah atau Rekreasi?

PIKIRAN tersebut barangkali akan menggoda siapapun yang berniat menempuh studi ke Belanda. Bagaimana tidak ? Selain menawarkan institusi pendidikan berkualitas dan bergengsi, negeri kincir angin itu juga memiliki banyak sekali tempat yang memikat untuk dikunjungi dan konon tiada bandingannya dengan obyek wisata lain dimanapun.
Salah satu tempat yang sangat menggoda adalah Utrecht, kota terbesar keempat dan teramai di Belanda. Obyek andalan di kota tua ini berupa sungai atau kanal dengan perairan yang bersih dan dermaga beserta pedestrian di sepanjang tepi kanal. Di sekitarnya berdiri megah bangunan-bangunan kuno yang indah. Terdapat pula tempat-tempat makan yang nikmat di sepanjang perairan tersebut.

Satu lagi yang membuat daya tarik Utrecht semakin tak tertandingi, adalah keberadaan Dom Tower. Peninggalan bersejarah yang telah berumur sekitar 600 tahun dengan ketinggian 112 meter tersebut merupakan bangunan tertinggi di Belanda, sekaligus menjadi landmark kota Utrecht. Dengan menapaki 465 anak tangga, mata pengunjung akan dibuai dengan pemandangan fantastik kota Utrecht yang terhampar di sekelilingnya.
Ketika berkunjung ke Utrecht, pesona kota tersebut langsung terlihat setibanya di stasiun Utrecht. Begitu turun dari kereta api, wisatawan dapat berjalan lurus ke toko-toko. Di tempat itu pula berjajar ragam kuliner yang siap dinikmati sambil memanjakan mata dengan menebar pandangan ke arah kanal. Tak hanya cukup dipandang, di kanal tersebut pengunjung dapat bermain-main dengan naik sepeda air, perahu maupun kano untuk menjelajahi perairan. Sesuai namanya, konon Provinsi Utrecht berasal dari dua kata yaitu Uut yang berarti hilir dan Trecht yang berarti mengarungi.
Utrecht juga merupakan sebuah kota yang bersahabat dengan jantung perbelanjaan, kafe jalanan yang ramah, serta kehidupan malam yang semarak. Di sini ramai dengan pub dan kafe, rumah makan sederhana maupun restoran, pusat-pusat pertemuan dan kongres kontemporer diselenggarkan.
Masih banyak bagian lain dari kota itu yang tak kalah mempesona. Namun rasanya tidak akan pernah cukup kata untuk melukiskan kecantikan Utrecht. Ditambah lagi predikat yang disandang Utrecht sebagai pusat kebudayaan Belanda. Berbagai pertunjukan bertaraf internasional digelar sepanjang waktu, mulai dari event mingguan hingga event tahunan. Misalnya Holland Festival of Old Music, The Wharf Area Theatre Festival, The Festival of Modern Dance, The Springdance Movementand Dutch Film Days dan Cultural Sundays.

Tempat Kuliah Bergengsi
Siapa yang tidak tertarik mengunjungi Utrecht ? Pertanyaan ini mengingatkan kita pada motto pariwisata Tanah Toraja di Sulawesi Tengah “Jangan Mati Sebelum ke Tanah Toraja”. Tak berlebihan pula jika slogan ini dijiplak menjadi “Jangan Mati Sebelum ke Utrecht”. Bukan hanya untuk tujuan wisata, melainkan juga untuk keperluan pendidikan. Karena di kota ini pula terdapat Utrecht University, salah satu perguruan tinggi terbaik di Belanda.
Universitas yang berdiri sejak tahun 1636 di jantung negara Belanda ini menempati rangking 9 terbaik di Eropa dan berada di peringkat ke-47 terbaik di dunia berdasarkan Shanghai Academic Rankings of World Universities 2008. Setiap tahun tak kurang dari 2.000 mahasiswa dari seluruh dunia masuk di universitas tersebut untuk ambil bagian dalam kelas internasional. Sehingga akan mengantarkan para mahasiswa bergabung dalam pergaulan global yang sangat luas. Eksistensi Utrecht University juga terlihat dari jumlah mahasiswanya yang mencapai lebih dari 29.000 orang (terhitung pada tahun 2008).
Belanda memang menjadi incaran bagi peminat pendidikan dari seluruh penjuru dunia. Selain pertimbangan kualitas, faktor lainnya adalah banyaknya program internasional yang dibuka. Tak kurang dari 14.000 program studi di Belanda merupakan kelas internasional dengan pengantar Bahasa Inggris. Ditambah lagi banyaknya tawaran dan peluang beasiswa, menjadikan Belanda sebagai magnet pendidikan global.

Ladang Ilmu Pengetahuan
Secara umum negeri Belanda juga merupakan ladang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari dan digali bukan hanya dari dalam kampus. Seorang teman yang pernah berkesempatan mengunjungi Amsterdam menceritakan bahwa kota ini mampu bertahan pada reputasi sebagai ‘Kota Hijau’ (tidak polusif akibat kimiawi) sekaligus kota wisata yang benar-benar surga bagi pejalan kaki dan memberi akses luar biasa pada pengguna sepeda onthel.
Fasilitas bagi pengendara sepeda, sangat dimanjakan. Ada jalur sendiri, berdampingan dengan trem. Di kawasan Dam Square yang dipenuhi resto dan kafe ‘mahal’ memberi akses parkir sepeda. Lazim saja orang berjas-dasi ala manajer bank (kalau di Indonesia) atau perempuan-perempuan modis secantik peragawati, datang ke kafe mengendarai sepeda untuk makan dan minum menghabiskan puluhan Euro.
Agaknya kebiasaan itu makin mustahil terjadi di Indonesia, apalagi Jakarta yang telanjur memposisikan motor dan mobil sebagai lambang kesuksesan status sosial-ekonomi seseorang. Transportasi kota dan antarkota di Amsterdam, memang sudah demikian maju dengan validitas infrastruktur mampu bertahan minimal 100 tahun. Pemerintah bekerjasama dengan para ilmuwan, terus menjaga dan meng-up date secara terintegrasi. Sehingga pembangunan untuk perkembangan terus berjalan seiring dengan zaman. Akan tetapi bukan pembongkaran apalagi asal penggusuran yang jauh dari konsep sustaintable.Buktinya, Amsterdam terus berkembang. Namun lalu lintas tidak crowded. Tetap saja surga bagi pejalan kaki, surga bagi pengendara sepeda. Pepohonan tetap tinggi dan rindang.
Taman-taman kota yang luas, leluasa bagi habitat burung merpati. Di sungai, selain berseliweran kapal boat, juga berenangan keluarga angsa putih. Ini menandakan, air sungai sehat, kapal sangat terjaga sehingga tidak mencemari lingkungan hidup sungai.
Seorang sahabat lain yang menikah dengan pria Belanda dan telah mukim 17 tahun di kota Alkmaar – 30 menit dari Amsterdam – mengaku sangat nyaman bersepeda. Meski memiliki mobil sedan Peugeot, hanya dikendarai kalau ke luar kota untuk rekreasi. Ke kantor dan belanja, dia bersepeda.
Untuk itu, dia memiliki 5 sepeda. “ Untuk cadangan kalau ada yang rusak, karena suami dan anakku juga bersepeda,” katanya. “Di sini tidak perlu takut dibilang miskin lantaran naik sepeda,” tambahnya bercanda. Semua warga negara, apalagi penduduk Alkmaar, tambahnya, sangat paham bahwa orang yang bersepeda adalah orang memiliki budaya tinggi. Bijak pada alam raya, salah satu cara untuk menghangatkan tubuh secara alamiah dan sehat. Cara melawan dingin hidup di negeri empat musim dengan merokok, sudah lama ditinggalkan karena kontraproduktif. Tidak ekonomis, menghadirkan penyakit dan merusak lingkungan. Akan tetapi untuk wine dan sedikit alkohol, memang telah menjadi bagian dari kuliner mereka.
Itulah ladang pengetahuan yang bisa dipelajari di negeri yang sebagian wilayahnya berada di bawah permukaan laut itu. Sangat kontekstual juga dengan kondisi Indonesia. Jadi, jangan-jangan banyak orang mengincar Belanda sebagai negara tujuan studi karena memang ingin memuaskan keinginannya menikmati obyek wisatanya. Kesimpulan yang paling moderat mungkin sesuai dengan peribahasa ”sambil menyelam minum air”, kuliah sambil berekreasi di dunia yang tiada tandingannya.
Saya juga masih penasaran dengan alam kebebasan berpendapat di Belanda, termasuk munculnya film ’fitna’ yang ’direstui’ masyarakat dan Pemerintah Belanda. Sehingga siapa yang tidak ngiler bisa mengikuti program summer school di Utrecht ? (Aksan Susanto)

7 komentar:

  1. salah satu negara impian buat kuliah neh....

    BalasHapus
  2. jadi ingin ke belanda....ya studi ya rekreasi juga asik bgt keknya

    BalasHapus
  3. membaca tulisan ini, saya jadi ikutan ngiler kepingin melancong sekaligus belajar di sana.

    hm, jadi pingin tahu di utrech ada landmark tentang indonesia gak? semacam museum atau gedung yang memuat seluk beluk indonesia seperti itu??

    BalasHapus
  4. Bung.. aku baru baca sekali tulisan di atas.. cukup menarik. Tapi untuk bagian ini "Tempat Kuliah Bergengsi", perlu deh kayaknya di ekplorasi lebih dalem beberapa program studi di Utrecht yang paling menonjol dan diminati dunia... Thanks. (Thoibs)

    BalasHapus
  5. Tulisannya bagus, Kang. Saya cuma mengomentari kalimat ini: "Siapa yang tidak tertarik mengunjungi Utrecht ? Pertanyaan ini mengingatkan kita pada motto pariwisata Tanah Toraja di Sulawesi Tengah “Jangan Mati Sebelum ke Tanah Toraja”. Tak berlebihan pula jika slogan ini dijiplak menjadi “Jangan Mati Sebelum ke Utrecht”." Pertanyaannya adalah, the fact, siapa yang sesungguhnya menjiplak dan siapa yang dijiplak? Utrech atau Toraja. Kalau tulisan ini kesannya Utrech menjiplak Toraja. Is it the real fact?

    Trus cerita tentang Belanda dan Utrech mengalir seakan mengisahkan. Pengalaman pribadi atau diambil dari sumber lain? Mana sumbernya? Hehehe, just 2 comments. Wish you luck :-)

    BalasHapus
  6. Wah setelah membaca postingan mas Aksan..kok saya malah jadi pengen lanjutin studi ke belanda ni...kyaknya indah betuulllll disana....

    BalasHapus
  7. tulisan yang bagus mas...semoga studi ke belandanya bisa membawa manfaat sebagai upaya mewujudkan keinginan atau...impian studi lanjut mas aksan suatu saat nanti dan juga rekan-2 yang ingin studi lanjut......kalo diatas ttg utrech...saya tertarik ttg wageningen...sebagai salah satu centre of agricultural science in the world....semoga nanti bisa ketemu di belanda ya...hehehe

    BalasHapus