12 Mei 2009

Tempe Dibuat Sozis, Naikkan Gengsi dan Nilai Jual

BANYAK makanan bernilai gizi tinggi, tapi kurang menarik disantap karena penyajiannya yang kurang inovatif. Salah satunya adalah tempe. Akibatnya makanan olahan dari kedelai ini dianggap sebagai makanan kelas bawah. Padahal di Eropa, tempe telah menjadi makanan alternatif pengganti daging yang sudah sangat dikenal karena kandungan proteinnya yang tinggi.
Sejumlah mahasiswa yang aktif di Pusat Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) Faerumnesia Fakultas Pertanian UGM menciptakan inovasi. Mereka membuat sozis dari bahan utama tempe. Tujuannya agar tempe tersaji lebih menarik, rasanya lebih enak, prestise sosialnya lebih tinggi dan pada gilirannya nilai komersial tempe meningkat.
"Melihat banyaknya konsumsi tempe di Indonesia, sebenarnya ada peluang besar untuk membuka usaha pengolahan tempe menjadi aneka produk olahan yang lebih bervariasi. Salah satu produk tersebut adalah sozis tempe. Apalagi jika kita lihat, daya tahan tempe masih sangat rendah, hanya sekitar 2 hari," ujar Aris Mishbah, mahasiswa jurusan sosial ekonomi pertanian angkatan 2008 UGM kepada KR, Selasa (12/5).
Bersama empat temannya yang lain, Dyah Ayu Safitri, Gita Triantika, Maulana Raharjo dan Fatmawati dan arahan dosen pembimbing Dr Jangkung Handoyo Mulyo MEc, mereka berkreasi. Sozis tempe yang dihasilkan sementara ini dijual di kantin PPKM Fakultas Pertanian UGM yang sudah dalam bentuk siap santap.
Selain lebih menarik penyajiannya, terang Maulana, sozis tempe juga lebih enak karena dapat dibuat aneka rasa dan daya simpannya menjadi lebih lama. Proses pengolahannya pun sangat sederhana. Tempe dipotong-potong menjadi beberapa potongan kecil, lalu dihaluskan dengan cara digiling atau ditumbuk. Memasukkan putih telur, bumbu, air es dan juga mencampurkan tepung tapioka.
"Tuangkan minyak jagung kedalam campuran bahan sambil diaduk-aduk hingga menjadi adonan yang menyerupai pasta. Masukkan adonan itu ke dalam casing (selongsong) sepanjang 10 cm, lalu diikat ujungnya dengan benang erat-erat," papar para mahasiswa yang tergabung dalam JAPA Group Fakultas Pertanian UGM ini.
Setelah itu, sozis tempe dimasak dengan cara direbus atau dioven pada suhu yang tetap, kemudian diangkat dari rebusan dan didinginkan. Soziss de Soya yang sudah jadi dan telah didinginkan tersebut kemudian dikemas menggunakan plastik tipis khusus untuk membungkus sozis. Sozis dikemas dengan sistem kedap udara sehingga tidak ada organisme yang masuk dan bisa memperlama daya tahan Sozis.
Ditambahkan, Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata perorang pertahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Rukmana, 2001).
"Dengan program ini diharapkan muncul usaha baru di bidang pengolahan tempe, sehingga menghasilkan olahan baru berupa sozis aneka rasa dimana rasa yang akan dikembangkan adalah udang, ayam, dan sapi dengan kandungan gizi yang lebih tinggi dan lebih diminati masyarakat," tandas Aris.
Apabila program ini dapat dilaksanakan dengan baik, diharapkan dapat berguna dalam membangun semangat para mahasiswa untuk sesegera mungkin belajar hidup mandiri dan terbebas dari pola pikir job seeker minded. Sehingga tertanam jiwa wirausaha kepada para mahasiswa sejak dini. Dengan demikian diharapkan pengangguran dari lulusan perguruan tinggi dapat dikurangi dan para sarjana mampu membuka lapangan kerja baru. (Aksan Susanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar